Monday 5 November 2018

Pengertian Plyometric


A. Pengertian Plyometric
Latihan plyometric adalah salah satu latihan yang favorit yang dilakukan oleh pelatih saat ini, terutama kepada cabang olahraga yang membutuhkan kemampuan power otot tungkai atau otot lengan. Sebagian dapat dilakukan lebih terampil jika atlet memiliki power yang merupakangabungan dari kekuatan dan kecepatan. Gerakan-gerakan plyometric sering
dilakukan dalam cabang olahraga yang menggunakan power. Pada pertandingan pencak silat kategori tanding maupun seni power tungkai menjadikan salah satu faktor terpenting untuk meraih prestasi. Dalam hal ini banyak pelatih pencak silat melatih atlet mereka dengan latihan Pyometric.
Plyometric mempunyai keuntungan, memanfaatkan gaya dan kecepatan yang dicapai dengan percepatan berat badan melawan gravitasi, hal ini menyebabkan gaya dan kecepatan dalam latihan plyometric merangsang berbagai aktivitas olahraga seperti melompat, berlari dan melempar lebih sering dibanding dengan latihan beban atau dapat dikatan lebih dinamis atau eksplosif.
Latihan plyometric menghasilkan pergerakan otot dan menyebabkan refleks regangan dalam otot. Perhatian latihan plyometric dikhususkan pada latihan yang menggunakan pergerakan otot-otot untuk menahan beban ke atas dan menghasilkan power atau kekuatan eksplosif.
(http://www.Brianmac.demon.co.uk /plymon .htm.plyometrics).
Awan Hariono (2006: 80) latihan untuk meningkatkan power dapat dilakukan dengan menggunakan plyometric prinsip metode latihan plyometric adalah otot selalu berkontroksi baik pada saat memanjang ( eccentric) maupun pada saat memendek (concentric) Dari definisi di atas dapat dikatakan bahwa latihan plyomertic adalah bentuk latihan power dengan karakteristik menggunakan kontraksi otot yang sangat kuat dan cepat, yaitu otot selalu berkontraksi baik saat memanjang (eccentric) maupun saat memendek (concentric) dalam waktu cepat, sehingga selama bekerja otot tidak ada waktu relaksasi.

B. Komponen Pendukung Plyometric
1. Kekuatan
Secara fisiologi, kekuatan adalah kemampuan neuro muscular untuk mengatasi tahanan beban luar dan beban dalam. Kekuatan adalah kemampuan otot-otot tubuh untuk mengatasi beban selama aktifitas berlangsung, (Sukadiyanto, 2005: 80) Pengertian kekuatan secara umum adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk mengatasi beban atau tahanan. Menurut Sukadiyanto (2005: 81) tingkat kekuatan seorang olahragawan dipengaruhi oleh: penjang pendeknya otot, besar kecilnya otot, jauh dekat titik beban dengan titik tumpu, tingkat kelelahan, jenis otot merah atau putih, potensi otot, pemanfaatan potensi otot, dan
kemampuan kontraksi otot. Dengan demikian kekuatan merupakan salah satu komponen dasar biomotor yang diperlukan dalam setiap cabang olahraga. Sasaran pada latihan adalah untuk meningkatkan kemampuan otot dalam mengatasi beban selama aktifitas olahraga berlangsung.
2. Kecepatan
Kecepatan adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk menjawab rangsang dalam waktu secepat mungkin. Menurut Sukadiyanto (2005:106) kecepatan merupakan salah satu komponen dasar biomotor yang diperlukan dalam setiap cabang olahraga. Secara umum kecepatan mengandung pengertian kemampuan seseorang untuk melakukan gerak
atau serangkaian gerak secepat mungkin sebagai jawaban terhadap rangsangan.
Pengertian kecepatan adalah merupakan kualitas kondisional yang memungkinkan seorang atlet untuk bereaksi secara cepat bila dirangsang dan untuk melakukan gerak secepat mungkin, gerakan-gerakan kecepatan dilakukan dengan melawan tahanan yang berbeda (berat badan, berat peralatan, air) dengan efek bahwa pengaruh kekuatan juga menjadi faktor
yang menentukan (Nosek,1982: 62). Menurut Djoko Pekik (2002: 73), kecepatan merupakan perbandingan antara jarak dan waktu atau kemampuan untuk bergerak dalam waktu singkat. Definisi tersebut semuanya hampir sama, dan bisa dikatan bahwa kecepatan adalah kemampuan gerak seseorang dalam merespaon suatu rangsang secepat mungkin.
3. Power
Power adalah hasil kali kekuatan dan kecepatan. Oleh karena itu untuk melatih power harus dimulai dari latihan kekuatan dan kecepatan. Artinya bahwa latihan kekuatan dan latihan kecepatan sudah dilatih terlebih dahulu, walaupun dalam setiap latihan kekuatan dan kecepatan sudah ada pada unsur power. Kekuatan kecepatan adalah kemampuan otot untuk menjawab setiap rangsang dalam waktu sesingkat mungkin dengan menggunakan kekuatan otot. Dengan kata lain kekuatan kecepatan adalah kemampuan otot untuk mengatasi beban dalam waktu sesingkat mungkin. Power merupakan unsur tenaga yang sangat banyak dibutuhkan dalam berbagai cabang olahraga, walaupun tidak semua cabang olahraga membutuhkan power sebagai komponen energi utama. Power banyak digunakan pada cabang olahraga yang menggunakan unsur kecepatan dan kekuatan sebagai komponen biomotor utama, seperti pencak silat dan olahraga beladiri lainya. Power/daya ledak adalah kemampuan kerja otot (usaha) dalam satuan waktu (detik). Power merupakan hasil perkalian
kekuatan dan kecepatan, sehingga satuan power adalah kg*meter/detik. Dengan demikian power dapat diartikan usaha per detik. Latihan power dapat dilakukan dengan berbagai macam, baik dengan alat maupun dengan tanpa alat. Latihan dengan alat yang sering dibahas dalam komponen biomotor kekuatan bisa dilakukan di pusat - pusat kebugaran maupun peralatan dengan modifikasi, sedangkan yang tidak dengan alat biasanya menggunakan berat badanya sendiri dan lebih populer disebut dengan plyometric.

C. Bentuk Latihan Plyometric Model Depth jumps
Latihan plyometric bentuk depth jumps merupakan bentuk latihan yang mempunyai tujuan yang sama yaitu melatih kemampuan power tungkai tapi dalam pelaksanaan bentuk latihan ini menuntut pada tingginya hasil lompatan setelah melakukan lompat dari ketinggian.
Analisis gerakan depth jumps menurut Harsono (200: 43) adalah : "berdiri diatas kotak / bangku lalu melompat ke atas dan ke depan : mendarat dilantai dengan mengeper, lalu dengan serta merta melompat lagi ke atas kotak / bangku ke dua, kemudian dari bok ke dua melompat setinggi - tingginya dan sejauh-jauhnya kemudian mendarat dengan mengeper". Dalam latihan depth jumps untuk penambahan beban lebihnya adalah dengan menambah ketinggian dari kotak / bangku, ukuran ketinggian kotak / bangku disesuaikan dengan kemampuan sampel. Beberapa macam depth jumps:
Depth jumps

Gambar 1
Latihan ini memerlukan satu kotak / bangku yang berukuran 25-45 inci. Permukaan pendaratan agak lunak, seperti rumput atau matras. Latihan ini dimulai dengan sikap berdiri pada ujung kotak, dan ujung kaki menjulur keluar. Usahakan lutut agak ditekuk dan lengan disamping badan dengan relaks. Jatuhkan atau turun dari kotak ke tanah (jangan meloncat).
Mendarat dengan kedua kaki dan lutut ditekuk untuk mengatasi goyangan pada saat mendarat. Setelah mendarat segera mulai meloncat dengan mengayunkan lengan keatas dan membentangkan tubuh setinggi dan sejauh mungkin.latihan ini memerlukan intensitas maksimum agar mencapai hasil yang optimal. Lakukan 3-6 set, dengan waktu istirahat
kira-kira 1menit diantara loncatan.
Depth jumps Leap
Gambar 2
Latihan ini memerlukan 2 kotak bangku masing-masing berukuran 18 inci dan 30 inci. sebagai landasan awal untuk meloncat posisi berada pada bangku paling besar. Pada posisi awal berdiri di atas kotak / bangku ujung kaki agak keluar dari ujung bangku seperti pada latihan depth jumps. Kemudian turun dari bangku ke tanah/landasan bawah, kemudian
segara meloncat ke atas kotak yang lebih kecil kemudian salanjutnya dengan mendarat dengan satu atau dua kaki. Kemudian gerakkan ke atas dan ke depan sekuat mungkin (Harsono, 2002: 50).

Pengertian Latihan


Pengertian Latihan

Secara sederhana latihan dapat dirumuskan, yaitu segala daya dan upaya untuk meningkatkan secara menyeluruh kondisi fisik dengan proses yang sistematis dan berulang-ulang dengan kian hari kian bertambah jumlah beban latihan, waktu atau intensitasnya. Seseorang melakukan latihan dikarenakan merupakan suatu bentuk upaya untuk mencapai suatu tujuan.
Latihan bukan hal yang baru, sudah sejak zaman dahulu latihan dilakukan secara sistematis untuk menuju suatu tujuan tertentu. Menurut  Bompa (1994) dalam Awan Hariono (2006:1) latihan adalah upaya seseorang dalam meningkatkan perbaikan organisme dan fungsinya untuk mengoptimalkan prestasi dan penampilan olahraga. Tujuan dari latihan untuk memperoleh berprestasi semaksimal mungkin, namun dalam proses pelaksaan latihan tidak cukup mudah dan sederhana. Program latihan yang diberikan pelatih penting dalam mendukung kualitas latihan yang sesuai.
Menurut Sukadiyanto (2005:1), latihan pada prinsipnya merupakan suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik, yaitu untuk meningkatkan kualitas fisik kemampuan fungsional peralatan tubuh dan kualitas psikis anak latih. Menurut Harsono, (1988: 102) mengatakan bahwa latihan juga bisa dikatakan sebagai sesuatu proses berlatih yang sistematis yang dilakukan secara berulang-ulang yang kian hari jumlah beban latihannya kian bertambah.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa latihan adalah suatu proses kegiatan olahraga yang dilakukan secara sadar, sistematis, bertahap dan berulang-ulang, dengan waktu yang relatif lama, untuk mencapai tujuan akhir dari suatu penampilan yaitu peningkatan prestasi yang optimal.
Agar latihan mencapai hasil prestasi yang optimal, maka program/bentuk latihan disusun hendaknya mempertimbangkan kemampuan dasar individu, dengan memperhatikan dan mengikuti prinsip-prinsip atau azas-azas pelatihan. Sistematis berarti berencana, menurut jadwal dan menurut pola sistem tertentu, metodis dari yang mudah ke yang sukar, latihan yang teratur dari yang sederhana ke yang kompleks. Berulang-ulang maksudnya adalah gerakan-gerakan yang sukar dilakukan menjadi semakin mudah dan reflektif pelaksanaannya. Beban makin bertambah maksudnya adalah setiap kali, secara perodik setelah tiba saatnya maka beban ditambah demi meningkatkan perubahan-perubahan dan tercapainya prestasi.

Pengertian Latihan menurut para Ahli


Latihan merupakan kegiatan yang dilakukan berulang-ulang secara sistematis dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan fisik. Bompa (1994:3) mengemukakan: ”Training is usually defined as systematic process of long duration, repetitive, progressive exercises, having the ultimate goal of improving athletic performance”. Dengan kata lain Latihan biasanya didefinisikan sebagai suatu proses sistematis yang dilakukan dalam jangka waktu panjang, berulang-ulang, progresif, dan mempunyai tujuan untuk meningkatkan penampilan fisik.
Hatmisari (2007:1) mengemukakan: latihan merupakan suatu proses yang sistematis dari berlatih untuk menyempurnakan kualitas kinerja olahragawan berupa: kebugaran, keterampilan, dan kapasitas energi, yang dilakukan secara berulang-ulang dengan kian hari kian meningkat yang memiliki tujuan. Prestasi merupakan akumulasi dari kualitas fisik, teknik, taktik dan kematangan psikis. Kondisi fisik yang baik merupakan faktor yang mendasar untuk mengembangkan faktor lainnya, sehingga akan mendukung pencapaian prestasi yang optimal.
Rai (2007:21) mengemukakan bahwa, latihan adalah memberikan stimulus(rangsangan) untuk menciptakan kebutuhan bagi tubuh untuk menyesuaikan diri (adaptasi). Latihan, baik latihan aerobik, merupakan aktivitas fisik yang menimbulkan tekanan yang berbeda bagi tubuh. Latihan sebagai suatu proses penyempurnaan kemampuan berolahraga yang berisi materi teori dan praktek, menggunakan metode dan aturan pelaksanaan dengan pendekatan ilmiah, memakai prinsip pendidikan yang terencana dan teratur, sehingga tujuan latihan dapat tercapai pada waktunya.
Kurniawan (2015:47) mengemukakan latihan berasal dari kata practice adalah aktivitas untuk meningkatkan keterampilan (kemahiran) berolahraga dengan menggunakan berbagai peralatan sesuai dengan tujuan dan kebutuhan cabang olahraganya. Artinya, selama dalam kegiatan proses berlatih melatih agar dapat menguasai keterampilan gerak cabang olahraganya selalu dibantu dengan menggunakan berbagai peralatan pendukung.
Menurut Martin dalam Nossek yang dikutip dari buku Sukandiyanto (2011:5) mengemukakah latihan berasal dari kata Training adalah penerapan dari suatu perencanaan untuk meningkatkan kemampuan berolahraga yang berisikan materi teori dan praktek, metode, dan aturan pelaksanaan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang akan dicapai.
Suharjana (2013: 38), mengemukakan latihan yaitu suatu proses sistematis untuk mengembangkan dan mempertahankan unsur-unsur kebugaran jasmani yang dilakukan dalam waktu lama, ditingkatkan secara progresif, bebannya individual dan dilakukan secara terus-menerus. Pada prinsipnya latihan merupakan suatu proses perubahan kearah yang lebih baik, yaitu untuk meningkatkan kualitas fisik, kemampuan fungsional peralatan tubuh, dan kualitas psikis anak latih.
Menurut Bompa (1994:2) selama melakukan latihan, setiap olahragawan akan mengalami banyak reaksi pengalaman yang dirasakan secara berulang-ulang, beberapa diantaranya mungkin dapat diramalkan dengan lebih tepat dibandingkan dengan lainnya.Bentuk pengumpulan informasi dari proses latihan termasuk diantaranya yang bersifat faali, biokimia, kejiwaan, sosial dan juga informasi yang bersifat metodologis. Walau semua informasi ini berbeda, tetapi datang dari sumber yang sama yaitu olahragawan dan juga dihasilkan oleh proses yang sama yakni proses latihan. Bompa dalam Suharjana (2008:11) mengemukakan: bahwa, tujuan dari latihan salah satunya untuk mencapai dan memperluas perkembangan fisik secara menyeluruh karena perkembangan fisik pada suatu tingkat yang tinggi merupakan dasar-dasar latihan.
Pentingnya peranan kondisi fisik untuk mendukung pencapaian prestasi olahraga, maka harus kondisi fisik harus dilatih dengan baik dan benar. Latihan fisik pada umumnya memberikan beban fisik pada tubuh secara teratur, sistematik, berkesinambungan sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan kemampuan didalam melakukan kerja. Latihan fisik yang teratur, sistematik dan berkesinambungan yang dituangkan dalam suatu program latihan akan meningkatkan kemampuan fisik secara nyata.
Latihan akan berjalan sesuai dengan tujuan apabila terprogram secara baik sesuai dengan acuan yang benar. Program latihan tersebut mencakup segala hal mengenai takaran latihan, frekuensi latihan, waktu latihan, dan prinsip-prinsip latihan lainnya. Program latihan ini disusun secara sistematis, terukur, dan disesuaikan dengan tujuan latihan yang dibutuhkan. Latihan fisik memerlukan waktu yang relatif lama untuk mendapatkan hasil yang optimal.
Hasil latihan fisik bukanlah sesuatu yang dapat diperoleh secara instan, tidak dapat diperoleh dalam satu atau dua minggu. Hasil latihan meningkat secara progresif, misalnya saja peningkatan kekuatan naik berkisar 1-5 % perminggu. Besarnya intensitas bergantung pada jenis dan tujuan latihan. Latihan aerobik menggunakan patokan kenaikan detak jantung seperti yang dikatakan Irianto (2004:17) secara umum intensitas latihan kebugaran adalah 60 % - 90 % detak jantung maksimal dan secara khusus besarnya intensitas latihan bergantung pada tujuan latihan.
Latihan untuk membakar lemak tubuh menggunakan intensitas 65 % - 75 % detak jantung maksimal yang dilakukan 20-60 menit setiap latihan dan dilakukan 3-5 kali perminggu (Irianto, 2004:83). Faktor lain yang tidak boleh dilupakan demi keberhasilan program latihan adalah keseriusan latihan seseorang, ketertiban latihan, dan kedisiplinan latihan. Pengawasan dan pendampingan terhadap jalannya program latihan sangat dibutuhkan.


Sunday 7 October 2018

Ilmu Kepelatihan


BAB 1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Perkembangan dunia olahraga dewasa ini semakin berkembang dan maju. Indonesia merupakan Negara berkembang yang selalu dipertimbangkan dalam percaturan dunia olahraga. Ada cabang-cabang olahraga yang dapat mengharumkan nama bangsa ini, dalam upaya meningkatkan dan mempertahankan prestasi olahraga tersebut di Negara ini, maka upaya tersebut tidak terlepas dari sumber daya manusia yang menjadikan objek tersebut berkembang. Objek yang dimaksud adalah atlet dan pelatih.
Pelatih merupakan ujung tombak dalam upaya menunjang keberhasilan prestasi olahragawan. Agar atlet mencapai prestasi dengan baik, maka pelatih harus menguasai teori dan metodologi latihan atau prinsip-prinsip melatih, bekal dasar ilmu melatih tersebut merupakan landasan yang berpedoman pada pembinaan dan peningkatan kondisi fisik, beban latihan, meningkatkan keterampilan, teknik, taktik dan strategi.
Ledakan pengetahuan dalam ilmu Kepelatihan telah mencapai yang mengagumkan. Di banyak Pendidikan dasar Universitas mendukung penelitian yang ditujukan untuk meneliti gerakan manusia. Banyak majalah penelitian baru yang diterbitkan untuk menampung jumlah penelitian yang makin banyak yang dihasilkan oleh berbagai ilmu olahraga. Hal yang nampak di tahun akhir-akhir ini, praktik para pelatih telah menampakkan keadaan pengetahuan ilmu kepelatihan.
Pada waktu terdahulu untuk menjadi calon pelatih hanyalah hasrat untuk bekerja dengan olahragawan dan pengetahuan dasar olahraga tertentu. Sekarang pelatih yang berhasil harus memahami prinsip-prinsip ilmu yang bias menerapkan dan menunjukkan penampilan olahragawan. Pada tahun terakhir metode telah di tetapkan pada penelitian olahraga secara meyakinkan. Ribuan ilmuwan yang bekerja di bidang ini dan di Laboratorium di seluruh dunia telah mengadakan penelitian dengan maksud untuk memperjelas pengetahuan kita tentang olahragawan dan factor-faktor yang menentukan tingkat penampilan mereka.
Kebanyakan pelatih yang mapan berpendapat bahwa pelatih yang berhasil itu adalah sebagian seni dan sebagaian lainnya ilmu. Hal ini mengandung pengertian bahwa pelatihan menuntut kreativitas dan interpretasi mengenai cabang perorangan maupun situasinya.
Kegiatan-kegiatan dalam dasar ilmu kepelatihan merupakan suatu aspek kegiatan dasar manusia bergerak sebagai objek formalnya. Oleh karena untuk mempelajarinya diperlukan ilmu-ilmu penunjang yang ada hubungannya dengan kegiatan kepelatihan seperti : ilmu faal (fisiologi), ilmu urai (anatomi), ilmu jiwa (psikologi), ilmu gizi, ilmu pendidikan, sejarah biomekanik, ilmu social, statistic, cidera olahraga, tes dan pengukuran olahraga, belajar motorik.
Dengan mempelajari ilmu-ilmu penunjang tersebut agar lebih mudah bagi seorang pelatih membahas dan memecahkan permasalahan menyangkut kepelatihan. Permasalahan yang timbul dalam dunia kepelatihan kompleksitasnya sangat tinggi, sebagai contoh apabila sang atlet mempunyai kondisi fisiknya lemah antisipasi seorang pelatih harus meningkatkan kondisi fisik tersebut, dilain sisi akan tertundanya proses latihan teknik, mental dan keterampilan, hal semacam ini dilakukan bersama-sama atau bagian demi bagian dalam proses, disinilah bahwa pelatih juga dapat dikatakan sebagai seniman, yaitu antara memadukan seni latihan fisik dan seni latihan keterampilan. Dan pada akhir semua komponen latihan ini menjadi satu kesatuan pola cara melatih keseluruhan dan menghasilkan prestasi yang optimal.

 BAB II

2.1 Hakikat Dan Ruang Lingkup Pelatihan
1.    Definisi Pelatihan
Training sebagai proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja, yang dilakukan secara berulang-ulang dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan atau pekerjaannya (Harsono, 1988:101).
Rothig (1972) Pelatihan adalah semua upaya yang mengakibatkan terjadinya peningkatan kemampuan dalam pertandingan olahraga.
Harre (ed., 1982) menjelaskan dalam pengertian luas, pelatihan olahraga adalah keseluruhan proses persiapan yang sistematik bagi atlet untuk mencapai prestasi tinggi.
Pelatihan adalah suatu proses berlatih yang berencana, menurut jadwal, menurut pola dan sistem tertentu, metodis, dari mudah kesukar, teratur, dari sederhana ke yang lebih komplek yang dilakukan secara berulang-ulang dan yang kian hari jumlah beban latihannya kian bertambah.

2. Tujuan Dan Ruang Lingkup Pelatihan
   Tujuan utama latihan adalah untuk mengembangkan keterampilan dan performa atlet.
   Tujuan latihan atau training adalah untuk membantu atlet meningkatkan keterampilan dan prestasinya semaksimal mungkin. Untuk mencapai hal itu, ada empat aspek latihan yang harus dilatih, yaitu (a) fisik, (b) teknik, (c) taktik, dan (d) mental. (Harsono: 1988).
   Tujuan umum latihan disamping memperhatikan faktor keselamatan dan kesehatan, mencakup pengembangan dan penyempurnaan:
1. fisik secara multilateral
2. fisik secara khusus sesuai dengan cabor
3. teknik cabornya
4. taktik/strategi yang dibutuhkan
5. kualitas kesiapan bertanding
6. persiapan optimal olahraga beregu
7. keadaan kesehatan atlet
8. pengetahuan atlet

3. Landasan Sistem Pembinaan Olahraga
1.    Pendidikan Jasmani dan organisasi olahraga Nasional, yang di dalamnya mencakup program pendidikan di sekolah, rekreasi dan klub-klub olahraga, dan struktur organisasi dalam kepemerintahan.
2.    Sistem latihan olahraga
3.    Komponen-Komponen Sistem Latihan
·           Komponen yang langsung mempengaruhi sistem latihan diantaranya: pelaksanaan latihan; penilaian.
·           Komponen tidak langsung atau pendukung diantaranya: administrasi, kondisi ekonomi, dan profesionalisme, serta gaya hidup masyarakat.
·           Alokasi dan kombinasi cabang olahraga yang tepat mengenai beban latihan. Mencakup kegiatan berlatih dan bertanding.
·           Harus ada rasa saling percaya antara pelatih dan atlet atau timnya.
·           Pelatihan diarahkan sesuai dengan tuntutan spesifik suatu cabang olahraga.
·           Kemajuan prestasi berlangsung tidak dalam garis lurus yang menanjak.
2.2 LATIHAN
1. Pengertian Latihan
Latihan adalah suatu proses berlatih yang berencana, menurut jadwal, menurut pola dan sistem tertentu, metodis, dari mudah kesukar, teratur, dari sederhana ke yang lebih komplek yang dilakukan secara berulang-ulang dan yang kian hari jumlah beban latihannya kian bertambah.
2. Tujuan Latihan
·           Olahraga Prestasi Tujuan latihannya adalah untuk meningkatkan prestasi semaksimal mungkin.
·           Olahraga Rekreasi Tujuan latihannya adalah pengisian waktu luang.
·           Olahraga Kesehatan Tujuan latihannya adalah meningkatkan atau memelihara derajat sehat statis atau pun sehat dinamis.
·           Olahraga Pendidikan Tujuan latihannya adalah disesuaikan dengan tujuan kurikulum.
3. Prinsip-Prinsip Latihan
a) Lama latihan
b) Volume latihan
c) Intensitas latihan
d) Kualitas Latihan
e) Beban Lebih (Overload)
f) Perkembangan Menyeluruh (Multilateral)
g) Spesialisasi
h) Individualisasi

a) Lama Latihan
Lama latihan adalah jumlah waktu yang dipakai untuk latihan. Misalnya kita latihan dari jam 14.00 sampai jam 17.00, berarti lama latihan adalah 3 jam.
Yang harus diperhatikan: “. . . as soo as bad features creep into the performance, that particular practice must stop.” (Thomas: 1970).
b) Volume Latihan
Volume latihan adalah jumlah waktu yang dipakai aktif selama latihan. Misalnya kita latihan dari jam 14.00 sampai jam 17.00, jumlah istirahat selama latihan adalah satu jam.
Rumusnya adalah
VL = WA – WI jadi VL = 180’ – 60’
VL = 120’

c) Intensitas Latihan
Berat atau ringannya beban latihan yang diberiakan oleh pelatih.
Cara menghitung intensitas latihan menurut teori Katch dan Mc Ardle (1983):
DNM = 220 – Umur (dalam tahun)
Takaran intensitas latihan untuk olahraga prestasi adalah 80% - 95%

d) Kualitas Latihan
Latihan yang berkualitas adalah latihan yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan atlet, dan apabila koreksi-koreksi yang konstruktif sering diberikan, apabila pengawasan dilakukan sampai ke detail-detail gerakan, dan apabila prinsip overload diberikan.
Don’t practice makes perfect, but only perfect practic makes perfect.

e) Beban Lebih (Overload)
Latihan yang diberikan haruslah lebih berat dari kemampuan yang dimiliki oleh atlet tersebut.
Harsono (1988) mengatakan: “berapa lama pun kita berlatih, betapa sering pun kita berlatih, atau sampai bagaimana capik pun kita mengulang-ngulang latihan tersebut, kalau tidak menerapkan prinsip beban lebih maka peningkatan prestasi tidak akan dapat dicapai.”

f) Perkembangan Menyeluruh (Multilateral)
Meskipun seseorang pada akhirnya mempunyai satu spesialisasi keterampilan, sebaiknya pada permulaan berlatih dia dilibatkan dalam berbagai aspek kegiatan hal ini dilakukan agar kelak pada masa spesialisasi mempunyai dasar-dasar yang kokoh.
The multilateral principle should be employed mostly when training children and junior (Bompa, 1994).

g) Spesialisasi
Spesialisasi berarti mencurahkan segala kemampuan, baik fisik maupun psikis pada satu cabang tertentu.
Ozolin dalam (Bompa,1988) mengungkapkan: “agar aktivitas-aktivitas motorik yang khusus mempunyai pengaruh yang baik terhadap latihan, maka latihan harus didasarkan kepada dua hal: a) melakukan latihan-latihan yang khas bagi cabang olahraga spesialisasi tersebut; b) melakukan latihan-latihan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan biomotorik yang dibutuhkan oleh cabang olahraga tersebut.”

h) Individualisasi
Tidak ada dua orang yang rupanya persis sama, dan tidak ada pula dua orang yang secara fisiologis dan psikologis persis sama.
Kemampuan usaha alet ditentukan oleh:
1. Usia biologis dan kronologis atlet
2. Pengalaman dalam melakukan olahraga
3. Kemampuan kerja dan prestasi individu
4. Status kesehatan
5. Kegiatan diluar latihan
                      


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Hakikat Dan Ruang Lingkup Pelatihan ,terdiri dari :
· Definisi Pelatihan
· Tujuan Dan Ruang Lingkup Pelatihan
· Landasan Sistem Pembinaan Olahraga
· Komponen-Komponen Sistem Latihan

2. Latihan ,Terdiri dari :
· Pengertian Latihan
· Tujuan Latihan
· Prinsip-Prinsip Latihan :
a) Lama Latihan
b) Volume Latihan
c) Intensitas Latihan
d) Kualitas Latihan
e) Beban Lebih (Overload)
f) Perkembangan Menyeluruh (Multilateral)
g) Spesialisasi
h) Individualisasi







Entri yang Diunggulkan

“Budaya Olahraga dan Nasionalisme”

Banyak hal yang dapat diupayakan dalam memupuk dan menumbuh kembangkan semangat nasionalisme bagi masyarakat Indonesia, salah satunya mel...