Sunday 21 June 2015

INSTRUMEN PENELITIAN (TKJI, Umur 16-19 tahun untuk putra)

Pentujuk Pelaksanaan Tes Kesegaran Jasmani
1. Lari 60 meter
a.  Tujuan
Tes ini bertujuan untuk mengukur kecepatan
b.  Alat dan fasilitas terdiri dari :
1) lintasan lurus, datar, rata, tidak licin, berjarak 60 meter dan masih                            mempunyai lintasan lanjutan;
2) bendera start;
3) peluit;
4) tiang pancang;
5) stopwatch;
6) serbuk kapur;
7) alat tulis.
c.  Petugas tes
1) Petugas keberangkatan
2) Pengukur waktu merangkap pencatat hasil
d.  Pelaksanaan
1) Sikap permulaan
              Peserta berdiri di belakang garis start.
2) Gerakan
a) Pada aba- aba “Siap” peserta mengambil sikap start berdiri, siap untuk lari ( lihat gambar 1 )
b) Pada aba-aba “Ya” peserta lari secepat mungkin menuju garis finish, menempuh jarak 60 meter.

(Sumber : Departemen Pendidikan Nasional, 2003:7)
3) Lari masih bisa diulang apabila
a) Pelari mencuri start
b) Pelari tidak melewati garis finish
c) Pelari terganggu dengan pelari yang lain
e. Pengukuran waktu
Pengukuran waktu dilakukan mulai saat bendera diangkat sampai pelari tepat melintas garis finish.
f. Pencatat hasil
1) Hasil yang dicatat adalah waktu yang dicapai oleh pelari untuk menempuh jarak 40 meter, dalam satuan waktu detik.
2) waktu dicatat satu angka dibelakang koma.

2. Tes  Gantung Angkat Tubuh 60 Detik
a. Tujuan
Tes ini bertujuan untuk mengukur kekuatan dan ketahanan otot lengan dan otot bahu.
b. Alat dan fasilitas terdiri dari:
1) Lantai yang rata dan bersih
2) Palang tunggal yang dapat diatur tinggi rendahnya, sesuai dengan peserta,  palang tegangan terbuat dari besi berdiameter ¾ inci.
3) Stopwatch
4) Serbuk kapur atau magnesium karbonat;
5) Alat tulis
c. Petugas tes
1) Pengamat waktu
2) Penghitung gerakan merangkap pencatat hasil
d. Pelaksaan
1. Sikap permulaan, peserta berdiri dibawah palang tunggal, kedua tangan berpegangan pada palang tunggal selebar bahu. Pengangan telapak tangan menghadap ke arah letak kepala.
2. mengangkat tubuh dengan membengkokkan kedua lengan, sehingga dagu menyentuh atau berada diatas palang tunggal. Sikap tersebut dipertahankan selama mungkin.
3. Hasil yang dicatat adalah waktu yang dicapai oleh peserta untuk mempertahankan sikap tersebut diatas, dalam satuan detik. Peserta yang tidak dapat melakukan sikap di atas di nyatakan gagal, hasilnya ditulis dengan angka nol.




(Sumber: Departemen Pendidikan Nasional, 2003 : 10)

3. Baring Duduk 60 Detik
a. Tujuan
Tes ini bertujuan untuk mengukur kekuatan dan ketahanan otot perut
b. Alat dan fasilitas terdiri dari
1) Lantai/ lapangan rumput yang rata dan bersih
2) Stopwatch
3) Alat tulis
4) Alas/ tikar/ matras jika diperlukan
c. Petugas tes terdiri dari
1) Pengamat waktu
2) Penghitung gerakan merangkap pencatat hasil
d. Pelaksanaan
1) Sikap permulaan
a) Berbaring telentang di lantai rumput, kedua lutut ditekuk dengan sudut ±90ยบ, kedua tangan jari-jarinya berselang selip diletakan dibelakang kepala atas.
b) Petugas/ peserta lain memegang atau menekan kedua pergelangan kaki, agar kaki tidak terangkat.
2) Gerakan
a) Gerakan aba-aba “Ya” peserta bergerak mengambil sikap duduk sehingga keduanya menyentuh kedua paha, kemudian kembali ke sikap permulaan.





b) Gerakan ini dilakukan berulang-ulang dengan cepat tanpa istirahat, selama 60 detik.



(Sumber: Departemen Pendidikan Nasional, 2003 : 15)
Catatan :
(1) Gerakan tidak dihitung jika tangan terlepas, sehingga jari-jarinya tidak terjalin lagi.
(2) Kedua siku tidak menyentuh paha.
(3) Mempergunakan sikunya untuk membantu menolak tubuh.
e.  Pencatat hasil
1) Hasil yang dihitung dan dicatat adalah jumlah gerakan baring duduk yang dapat dilakukan dengan sempurna selama 60 detik.
2) Peserta yang tidak mampu melakukan tes baring duduk ini, diberi nilai 0 (nol).
4. Loncat Tegak
a. Tujuan
Tes ini bertujuan untuk mengukur daya ledak atau tenaga eksplosif.
b. Alat dan fasilitas terdiri dari :
1) Papan berskala centimeter, warna gelap, berukuran 30 x 150 cm, dipasang pada dinding yang rata atau tiang.
Jarak antara lantai dengan angka 0 (nol) pada skala yaitu 150 cm.
2) Serbuk kapur
3) Alat penghapus papan tulis
4) Alat tulis

c. Petugas tes         
Pengamat dan pencatat hasil
d. Pelaksanaan
1) Sikap permulaan
a) Terlebih dahulu ujung jari tangan peserta diolesi serbuk kapur atau magnesium karbonat.
b) Peserta berdiri tegak dekat dinding, kaki rapat, papan skala berada disamping kiri atau kanannya. Kemudian tangan yang dekat dinding diangkat lurus ke atas, telapak tangan ditempelkan pada papan berskala, sehingga meninggalkan bekas raihan jarinya.
2) Gerakan
a) Peserta mengambil awalan dengan sikap menekukkan lutut dan kedua lengan diayun kebelakang. Kemudian peserta meloncat setinggi mungkin sambil menepuk papan dengan ujung jari sehingga menimbulkan bekas.
b) Lakukan tes ini sebanyak 3 kali tanpa istirahat atau diselingi oleh peserta lain.


(Sumber : Departemen Pendidikan Nasional, 2003 : 18)

e. Pencatatan hasil
1) Raihan tegak dicatat
2) Ketiga raihan loncatan dicatat
3) Raihan loncatan tertinggi dikurangi raihan tegak

5. Lari 1200 meter
a. Tujuan
Tes ini bertujuan untuk mengukur daya tahan jantung peredaran darah dan pernafasan.
b. Alat dan fasilitas terdiri dari:
1) Lintasan lari 1200 meter
2) Stopwacth
3) Bendera start
4) Peluit
5) Tiang pancang
6) Alat tulis
e. Petugas tes terdiri dari:
1) Petugas keberangkatan
2) Pengukuran waktu
3) Pencatat hasil
4) Pembantu umum
d. Pelaksanaan
1) Sikap permulaan
Peserta berdiri dibelakang garis start
2) Gerakan
a) Pada aba-aba “siap” peserta mengambil sikap start berdiri, siap untuk lari.
b) Pada aba-aba “Ya” peserta lari menuju garis finish, menempuh jarak 1200 meter.
Catatan:
(1) Lari diulang bilamana ada pelari yang mencuri start
(2) Lari diulang bilamana pelari tidak melewati garis finish
 
(Sumber : Departemen Pendidikan Nasional, 2003 : 20)

e. Pencatatan hasil
1) Pengambilan waktu dilakukan mulai saat bendera diangkat sampai pelari tepat melintas garis finish.
2) Hasil yang dicatat adalah waktu yang dicapai oleh pelari untuk menempuh jarak 1200 meter. Waktu dicatat dalam satuan menit dan detik.
                                     (Sumber : Departemen Pendidikan Nasional, 2003 : 21)


BOLA BASKET





Pengertian Bola Basket
            Bola Basket merupakan olahraga permainan yang menggunakan bola besar, dimainkan dengan tangan, bola boleh dioper (dilempar ke teman), boleh dipantulkan ke lantai (di tempat atau sambil berjalan) dan tujuannya adalah memasukkan bola ke basket (keranjang) lawan, permainan dimainkan oleh dua regu masing-masing terdiri dari 5 (pemain) setiap regu berusaha memasukkan bola ke keranjang lawan dan menjaga (mencegah) keranjangnya sendiri sedikit mungkin (Imam Sodikun, 1992:8). Bolabasket termasuk jenis permainan yang kompleks gerakannya, artinya gerakannya terdiri dari gabungan unsur-unsur gerak yang terkoordinasi rapi, sehingga bermain dengan baik. Sebelum melempar bola, ia harus memegang bola dengan baik. Jika cara memegang bola saja salah tentu ia tidak dapat melemparkan bola dengan baik. Sebelum ia menerima bola ia harus dapat menangkap dengan baik agar dapat dikuasai. Untuk menerobos lawan dengan baik, ia harus dapat menggiring bola dengan baik pula. Oleh karena itu penguasaan teknik dasar bola basket harus didahulukan. Penggunaan teknik dasar yang benar akan menunjang keterampilan bermain selanjutnya (Imam sodikun, 1992:47). Apabila ingin menjadi pemain bolabasket yang baik dan berprestasi, maka harus menguasai bermacam-macam teknik dasar. Oleh karena itu hanya bermodal berlatih tekun, disiplin, terarah dibawah bimbingan pelatih, dapat menguasai teknik dasar bermain bola basket.

1. Teknik-teknik Permainan Bola Basket
            Teknik-teknik dasar dalam permainan bola basket adalah sebagi berikut : (1) Teknik passing (melempar dan menangkap), (2) Teknik dribble (menggiring bola), (3) Teknik shooting (menembak), (4) Teknik pivot (gerakan berporos), (5).Teknik lay up shoot, (6) Teknik rebound (merayah) Dari kelima teknik dasar tersebut jika telah dimiliki dengan baik oleh seorang pemain, maka ia dapat bermain dengan baik pula (Imam Sodikun, 1992:48).

1.2. Teknik Melempar dan Menangkap
            Istilah melempar mengandung pengertian mengoper bola dan menangkap berarti menerima bola. Oleh karena itu kegiatan ini dapat berlangsung silih berganti, maka selalu dilakukan berteman biasanya disebut operan. Operan ini merupakan teknik dasar yang pertama, sebab dengan cara inilah pemain dapat melakukan gerakan mendekati ring (basket) dan seterusnya melakukan tembakan (Imam Sodikun, 1992:48). Lemparan atau operan (passing) terdiri dari : (1) Operan dua tangan (two hand pass), (2) Operan tolakan dada (two hand chest pass), (3) Operan atas kepala (over head pass), (4) Operan pantul ke lantai (bounce pass), (5) Operan dengan satu tangan (one hand pass), (6) Operan samping (side arm pass),  (7) Operan kaitan (hook pass).

1.3. Teknik Menembak (shooting)
            Kemampuan yang harus dikuasai seorang pemain adalah kemampuan memasukkan bola atau shooting. Hal ini sesuai dengan tujuan permaianan bolabasket yang mengharuskan bagi setiap tim untuk memsukkan bola sebanyak-banyaknya ke basket atau keranjang lawan dan mencegah pihak lawanmelakukan hal yang serupa. Kemampuan suatu tim dalam melakukan tembakan akan mempengaruhi hasil yang dicapai dalam suatu pertandingan. Menembak adalah keahlian yang sangat penting di dalam olahraga bolabasket, teknik dasar seperti operan, dribling, bertahan, dan rebounding akan mengantar memperoleh peluang besar membuat skor, tapi tetap saja harus melakukan tembakan. Sebetulnya menembak dapat menutupi kelemahan teknik dasar lainnya (Wissel, Hal. 2000:43). Imam Sodikun mengemukakan bahwa menembak merupakan sasaran akhir setiap pemain dalam bermain. Keberhasilan suatu regu dalam permainan selalu ditentukan oleh suatu keberhasilan dalam menembak (1992:59). Penembak yang hebat sering disebut pure-shooter karena kehalusannya, tembakan yang meluncur bebas tanpa menyentuh ring. Beberapa pemain beranggapan pure-shooter adalah anugerah alam, bakat sejak lahir. Ini adalah konsep yang salah, penembak yang handal itu haisl latihan bukan dari lahir (Wissel, 2000:43). Banyak teknik shooting yang dapat dilakukan diantaranya : (1) Menembak dua tangan dari dada, (2) Menembak dua tangan dari dada, (3) Menembak dari bawah ring, dan (4) Menembak dengan satu tangan.

1.4. Teknik Menggiring (dribbling)
            Menggiring bola adalah salah satu cara yang diperbolehkan oleh peraturan untuk membawa lari ke segala arah. Untuk menjelajahi seluruh lapangan dengan bola, perlu kemampuan dribbling yang tinggi. Dribbling dapat dilakukan dengan bola yang tinggi untuk kecepatan dan bola yang rendah untuk kontrol atau penguasaan bola. Seorang pemain boleh membawa bola lebih dari satu langkah asal bola diambil sambil dipantulkan, baik itu jalan kaki maupun sambil berlari. Pada awalnya bola harus lepas dari tangan sebelum kaki diangakat dari lantai, sementara saat menggiring bola tangan tidak boleh menyentuh bola secara bersamaan atau bola diam dalam genggaman tangan (Imam Sodikun, 1992:57).


1.5. Teknik Olah Kaki (footwork)
            Olah kaki adalah penguasaan gerak kaki dalam hal melakukan start dengan cepat dan berhenti dengan segera tanpa kehilangan keseimbangan dan kecepatan merubah arah gerak baik dalam bertahan maupun menyerang. Apabila kemampuan mengolah kaki seorang pemain baik, maka kelincahan kaki juga baik pula.

1.6. Teknik Berputar Satu Kaki (pivot)
            Pivot adalah gerakan berpindah arah dengan salah satu kaki sebagai sumbu gerak. Gerakan ini berguna untuk melindungi bola atau untuk memperdaya lawan. Menurut Imam Sodikun, gerakan berporos adalah suatu usaha mengubah arah terhadap badan kesegala arah dengan satu kaki tetap tinggal ditempat sebagai porosnya (1992:63). Kaki poros tidak boleh terangkat atau geser pada tempatnya, sementara kaki yang lain boleh bergerak atau melangkah ke segala arah.

1.7. Teknik Gerak Tipu (fakes and feins)
            Maksud gerak tipu adalah agar lawan lengah dalam bertahan, gerak ke arah lain yang merugikan dan keluar dari kedudukannya atau lepas keseimbangannya dalam bertahan. Teknik ini sering dipergunakan pada waktu menyerang, menerobos hadangan lawan atau memasukkan bola ke keranjang.

1.8. Teknik Merayah Bola (rebounding)

            Merayah bola merupakan salah satu teknik yang harus dikuasai oleh pemain bola basket. Dapat dikatakan bahwa untuk memenangkan suatu pertandingan, maka kemampuan merayah bola harus tinggi. Merayah bola merupakan suatu usaha untuk mengambil (menangkap bola) yang datangnya memantul dari papan pantul atau keranjang akibat dari tembakan yang tidak berhasil (Imam Sodikun, 1992:67). Penempatan posisi yang paling baik dalam merayah adalah memperhatikan arah datangnya pantulan bola. Tempatkan diri atau mengambil posisi siap merayah diantara papan pantul dengan pemain lawan menghadap ke arah pantulan bola dan lawan berada di belakangnya. Jadi seorang pemain bila terlebih dahulu mendapatkan bola dalam merayah berarti akan berkesempatan dalam melakukan shooting atau tembakan.

ABSTRAK



Kata kunci : kesegaran jasmani
Penelitian yang berjudul “Tingkat Kesegaran Jasmani Atlet Bola basket SMA Negeri 1 Kota Langsa”. Ini mengangkat masalah bagaimanakah tingkat kesegaran jasmani atlet bola basket SMA Negeri 1 Kota Langsa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesegaran jasmani atlet bola basket SMA Negeri 1 Kota Langsa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah Atlet bola basket SMA Negeri 1 Kota Langsa sebanyak 20 orang. Mengingat jumlah populasi yang relatif kecil, maka semua anggota populasi dijadikan sampel penelitian yang berjumlah 20 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan tes kesegaran jasmani dengan melakukan tes lari 60 meter, tes angkat tubuh 60 detik, tes duduk baring 60 detik, tes loncat tegak, dan tes lari 1200 meter. Pengolahan data dilakukan dengan mencari rata-rata dan persentase. Hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa tingkat kesegaran jasmani atlet bola basket SMA Negeri 1 Kota Langsa dengan rata-rata sebesar 13,9 (berada pada katagori sedang), dengan rincian sebagai berikut; (1) sebanyak 1 responden berada pada kategori baik dengan tingkat persentase 5%, (2) sebanyak 12 responden berada pada kategori sedang dengan tingkat persentase 60%, (3) sebanyak 7  responden berada pada kategori kurang dengan tingkat persentase 35%.


TES KESEGARAN JASMANI



















Tingkat kesegaran Jasmani seseorang dapat diketahui dengan mengadakan tes kesegaran jasmani. Ada beberapa macam tes kesegaran jasmani antara lain :
1. AAHPER tes ( American Association for Physical Education and Recreation)
2. Tes Aerobik
3. Tes ACSPFT ( Asian Committee for Standaratation of Pysical Fitnes Tess)
4. Navy Standart Pysical Fitness test
5. Harvard Step up Test


        6. TKJI ( Tes Kesegaran Jasmani Indonesia )

VARIABEL-VARIABEL PENELITIAN

A.      Pengertian Variabel Penelitian

Variabel berasal dari kata "vary" dan "able" yang berarti "berubah" dan "dapat". Jadi, secara harfiah variabel berarti dapat berubah, sehingga setiap variabel dapat diberi nilai dan nilai itu berubah-ubah. Nilai tersebut bisa kuntitatif (terukur dan atau terhitung, dapat dinyatakan dengan angka) juga bisa kualitatif (jumlah dan derajat atributnya yang dinyatakan dengan nilai mutu). Variabel merupakan element penting dalam masalah penelitian. Dalam statistik, variabel didefinisikan sebagai konsep, kualitas, karakteristik, atribut, atau sifat-sifat dari suatu objek (orang, benda, tempat, dll) yang nilainya berbeda-beda antara satu objek dengan objek lainnya dan sudah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.
(Gordon Marshall, 1998)
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.
(Sugyono, 2010:61)
Variabel adalah symbol/barang yang padanya kita lekatkan bilangan atau nilai. Misalnya, x adalah sebuah variable: ia adalah suatu symbol/lambing yang padanya kita lekatkan nilai yang berupa angka. Variable x ini dapat memiliki sebarang himpunan nilai-misalnya, skor uji/tes kecerdasan skala sikap (attitude scale). Dalam hal kecerdasan, pada x kita letakkan sehimpunan nilai berupa angka yang didapatkan dari prosedur yang digariskan dalam suatu uji kecerdasan tertentu. Himpunan nilai ini mencakup dari rendah hingga tinggi; mislnya 50 sampai 150.
(Fred N. Kerlinger, 2006:49)
Contoh-contoh variable yang penting dalam sosiologi, psikologi dan pendidikan ialah jenis kelamin, penghasilan, klas social, produktivitas organisasi, mobilitas pekerjaan, tingkat aspirasi, bnakat/kecakapan verbal, kecemasan, afiliasi agama, preferensi politik, pembangunan/perkembangan politik (menyangkut sesuatu bangsa/Negara), orientasi kerja, sikap/paham antisemit, konformitas, daya ingat (recall memory), daya kenal (recognition memory), dan prestasi. Dapat dikatakan bahwa variable ialah suatu sifat yang dapat memiliki bermacam nilai. Kalau diungkapkan secara berlebihan, variable adalah sesuatu yang bervariasi. Cara ungkap itu member kita gagasan inuitif tentang variable; tetapi masih dibutuhkan wawasan yang lebih umum namun sekaligus lebih tepat. (Fred N. Kerlinger, 2006:49).

 B.       Jenis-Jenis Variable Penelitian
1.             Variabel Independent
Variable independen (variable stimulus, predictor, antecedent) atau sering disebut sebagai variable bebas. Variable bebas adalah merupakan variable yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya dependen (terikat). (Sugyono, 2010:61)
Variable independent adalah variabel yang merupakan penyebab atau yang mempengaruhi variabeldependent atau yang menyebabkan terjadinya variasi bagi variabel dependent. Apabila variabel Independent berubah, maka variabel dependent juga akan berubah. Variable independent merupakan variable yang faktornya diukur, dimanipulasi, atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungannya dengan suatu gejala yang diobservasi. Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, variabel independent disebut juga sebagai peubah bebas dan sering juga disebut dengan variable bebas, stimulus, faktor, treatment, predictor, input, atau antecedent. Tuckman, B. W. (1988)
2.             Variable Dependen
Variable dependen (variable terikat), merupakan variable yang dipengaruhi atau yang menjadi akiba, karena adanya variable bebas. (Sugyono, 2010:61)
Variable dependent merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat dari variabel independent. Variabel dependent, dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai peubah tak bebas, variabel terikat, tergantung, respons, variabel output, criteria, atau konsekuen. Variabel ini merupakan fokus utama dari penelitian. Variabel inilah yang nilainya diamati dan diukur untuk menentukan pengaruh dari variabel independent. Nilainya bisa beragam dan tergantung pada besarnya perubahan variabel independent. Artinya, setiap terjadi perubahan (penambahan/pengurangan) sekian kali satuan variabel independen, diharapkan akan menyebakan variabel dependen berubah (naik/turun) sekian satuan juga.
Secara matematis, hubungan tersebut mungkin bisa digambarkan dalam bentuk persamaan Y = a + bX. Misalnya, Y = Hasil (ton) dan X = pupuk Urea (kg), maka setiap pupuk urea dinaikkan/atau diturunkan sebesar b (kg), maka hasil naik/turun sebesar b (ton) dan apabila tidak di berikan pupuk (b=0), maka hasilnya adalah sebesar a (ton). Pola hubungan antara kedua variabel tersebut bisanya di kaji dalam penelitian asosiasi atau prediksi, biasanya diuji dengan menggunakan Analisis Regresi. Berbeda dengan contoh pengaruh metode mengajar terhadap keberhasilan siswa, skala pengukuran variabel independentnya bukan merupakan variabel interval atau rasio, sehingga untuk melihat pengaruh dari variabel independet terhadap variabel dependent lebih tepat dengan menggunakan Analisis Varians (ANOVA). Dengan Anova tersebut kita bisa menentukan ada tidaknya perbedaan diantara metode mengajar, dan apabila ada, kita bisa menentukan metode mengajar yang lebih baik atau terbaik.(Tuckman, B. W. 1988)
Dalam penelitian eksperimen, variable bebas adalah variable yang dimanipulasikan (dimainkan) oleh pembuat eksperimen. Misalnya, manakala peneliti dibidang pendidikan mengkaji akiba brbgai metode pengajarn, dia dapat memanipulasi metode (yakni variable bebasnya) dengan menggunakan berbagai metode. Dalam penelitian yang tidak bersifat eksperimental, bila tidak ada kemungkinan untuk “secara logis” menimbulkan akibat tertentu terhadap suatu variable terikat. Contohnya, dalam penelitian tentang merokok dan kanker paru-paru, merokok (yang memang telah dilakukan olleh banyak subyek) merupakan variable bebas.
Maka variable bebas adalah variable yang meramalkan, sedangkan variable terikat adalah yang diramalkan. Jika yang dikaji ialah relasi antara kecerdasan/intelgensi dengan prestasi  sekolah, maka kecerdasan adalah variable bebasnya dan prestasi  (klas social, metode pengajaran, tipe kepribadian, tipe motivasi (imbalan/hadiah dan hukuman), sikap terhadap sekolah, suasana kelas da seterusnya), adalah variable terikatnya.(Fred N. Kerlinger, 2006: 58-59).

3.             Variabel Moderator
Variable moderator, merupakan variable yang mempengaruhi hubungan anatara variable bebas dengan variable terikat. (Sugiyono, 2010:62)
Variabel moderator merupakan variabel khusus dari variabel independent. Dalam analisis hubungan yang menggunakan minimal dua variabel, yakni satu variabel dependen dan satu atau beberapa variabel independen, adakalanya hubungan di antara kedua variabel tersebut dipengaruhi oleh variabel ketiga, yaitu faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model statistik yang kita gunakan. Variabel tersebut dinamakan dengan variabel moderator. Variabel moderator ini adalah variabel lain yang bisa memperkuat atau memperlemah hubungan antar variabel independen (bebas) dan variabel dependen (tak bebas). Dalam Analisis Varians (Anova), pengaruh dari variabel moderator ini bisa direfresentasikan sebagai pengaruh interaksi antara variabel independent (faktor) utama dengan variabel moderator (Baron and Kenny, 1986: p. 1174). Variabel ini bisa diukur, dimanipulasi, atau dipilih oleh peneliti untuk mengetahui apakah keberadaannya akan mempengaruhi hubungan antara variable bebas dan variabel terikat. (Tuckman, B. W. 1988).

4.             Variabel Intervening
Variable intervening, Dikatakan oleh Tuckman (1988) “An intervening variable is that factor theorically affect the observed phenomenon but cannot be seen, measure, or manipulate”. Variable interving adalah variable yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variable independen dengan variable dependen menjadi hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan diukur. (Sugiyono, 2010;63)
Variabel independent dan moderator merupakan variable-variabel kongkrit. Variable tersebut dapat dimanipulasi oleh peneliti dan pengaruhnya dapat dilihat atau diobservasi. Lain halnya dengan variable intervening, variable tersebut bersifat hipotetikal artinya secara kongkrit pengaruhnya tidak kelihatan, tetapi secara teoritis dapat mempengaruhi hubungan antara variabel independent dan dependent yang sedang diteliti. Penelitian yang melibatkan variabel intervening (mediator/mediating/mediasi/pengganggu) sangat umum dalam bidang sosiologi dan psikologi, seperti ilmu-ilmu perilaku dan penelitian non eksperimental lainnya. Untuk peneliti di bidang eksakta (terutama dalam penelitian eksperimental), mungkin tidak terlalu banyak yang mengenal atau melibatkan variabel ini, karena bersifat abstrak dan tidak bisa diukur.
Tuckman (1988) mengatakan: "… an intervening variable is that factor that theoretically affect the observed phenomenon but cannot be seen, measure, or manipulate…". Banyak siswa, saya, bahkan sebagian peneliti yang masih kesulitan dalam membedakan antara variabel moderator dengan variabel pengganggu yang satu ini, intervening (mediator) maksudnya. Variable interveningdidefinisikan sebagai variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara Variabel independent dengan Variabel dependent, tetapi tidak dapat dilihat, diukur, dan dimanipulasi; pengaruhnya harus disimpulkan dari pengaruh-pengaruh variabel independent dan atau variable moderat terhadap gejala yang sedang diteliti(Tuckman, 1988).
Variabel ini merupakan variabel antara (penyela) yang terletak diantara Variabel independent dan Variabel dependent. Variabel ini bisa digunakan dalam menjelaskanproses hubungan antara variabel independent dengan variabel dependent, misalnya X → T → Y, dimana T adalah variabel intervening yang digunakan untuk menjelaskan pola hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Terminologi terakhir, yaitu sebagai variabel antara, konsiten dengan metodologi dan definisi dalam Analisis Struktural Equation Modelling (SEM). Misalnya, X adalah usia dan Y adalah kemampuan membaca, hubungan sebab akibat antara X dan Y bisa dijelaskan oleh variabel Intervening T, misalnya Pendidikan. Dengan demikian, Usia (X) tidak secara langsung mempengaruhi kemampuan membaca (Y), tapi terlebih dahulu melalui variabel intervening, pendidikan (T), atau dengan kata lain, X mempengaruhi T dan selanjutnya T mempengaruhi Y.(Tuckman, B. W. 1988).

5.             Variabel Control
                   Variable control adalah variable yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga hubungan variable bebas dengan variable terikat tidak dipengaruhi oleh factor luaryang tidak diteliti. Untuk dapat menentukan kedudukan variable independen,, dan dependen, moderator, intervening, control, harus dilihat konteksnya dengan dilandasi konsep teoritis yang mendasari maupun hasil dari pengamatan yang empiris ditempat penelitian. Untuk itu sebelum peneliti memilih variable apa yang akan diteliti perlu melakukan kajian teoritis dan melakukan study pendahuluan terlebih dahulu pada obyek yang akan diteliti. Jangan sampai terjadi membuat rancangan penelitian dilakukan dibelakang meja, dan tanpa mengetahui terlebih dahulu permasalahan yang ada di obyek penelitian. Sering terjadi, rumusan masalah penelitian dibuat tanpa melalui study pendahuluan ke obyek penelitian, sehingga settelah dirumuskan ternyata masalah itu tidak menjadi masalah pada objek penelitian. Setelah masalah dapat dipahami dengan jelas dan dikaji secara teoritis, maka peneliti dapat menentukan variabelvariabel penelitiannya. (sugiyono, 2010; 60-65).

 C.      Pengukuran Variable

Para peneliti ilmiah cepat atau lambat pasti menghadapi keharusan untuk mengukur variable dalam relasi yang dipelajarinya. Pengukuran itu kadang-kadang mudah, kadang-kadang sulit. Pemgukuran jenis kelamin atau klas sosiak adalah hal mudah; adapun pengukuran kreativitas, konservatisme atau efektivitas otrganisasi merupakan hal yang lebih sulit. Ia merupakan unsure yang niscaya terdapat dalam penelitian ilmiah, sebab memungkinkan peneliti untuk mengukur variable, dan juga,erupakan jembatan antara tingkat teori-hipotesis-konstruk dan tingkat observasi. Tidak aka nada penelitian ilmiah jika tanpa observasi, dan observasi mustahil bila tidak ada petunjuk yang jelas serta cukup rinci tentang hal yang diamati dan cara pengamatannya. (Fred N. Kerlinger, 2006: 53)

a.      Berdasarkan cara pengukuran
1)        Kuantitatif (diskrit/kontinyu)
·       Skala Rasio
Skala rasio adalah skala data dengan kualitas paling tinggi. Pada skala rasio, terdapat semua karakteristik skala nominal,ordinal dan skala interval ditambah dengan sifat adanya nilai nol yang bersifat mutlak. Nilai nol mutlak ini artinya adalah nilai dasar yang tidak bisa diubah meskipun menggunakan skala yang lain. Oleh karenanya, pada skala ratio, pengukuran sudah mempunyai nilai perbandingan/rasio.
Pengukuran-pengukuran dalam skala rasio yang sering digunakan adalah pengukuran tinggi dan berat. Misalnya berat benda A adalah 30 kg, sedangkan benda B adalah 60 kg. Maka dapat dikatakan bahwa benda B dua kali lebih berat dibandingkan benda A.
·       Skala Interval
Skala Interval memungkinkan mengukur beda antara dua titik dalam skala, menghitung means dan standar deviasi data.

2)        Kualitatif
·       Skala Ordinal - ada tingkatan
Skala Ordinal tidak hanya menyatakan katagori tapi juga menyatakan peringkat katagori tersebut. Skala Ordinal menjawab atas suatu pertanyaan, responden diminta untuk memberikan urutan alternatif jawaban yang paling sesuai.
Misal rangking jawaban yang dibuat berdasarkan preferensi Responden :
1. Senang sekali, 2. Senang, 3. Kurang senang, 4. Kurang senang sekali.  ( beda antara dua titik tidak dapat diukur).
·       Nominal - tidak ada tingkatan
Adalah skala yang memungkinkan peneliti mengelompokkan subyek kedalam katagori atau kelompok.
Misal gender responden dapat dikelompokkan dalam 2 katagori : Pria dan wanita. Skala gender dapat dinyatakan dalam angka :  Pria = 1 dan Wanita = Skala Nominal bersifat mutualy exlusive dan masing-masing anggota himpunan tersebut tidak ada perbedaan nilai. 
Pemberian angka atau simbol pada skala nomial tidak memiliki maksud kuantitatif hanya menunjukkan ada atau tidak adanya atribut atau karakteristik pada objek yang diukur. Misalnya, jenis kelamin diberi kode 1 untuk laki-laki dan kode 2 untuk perempuan. Angka ini hanya berfungsi sebagai label.

b.      Berdasarkan bisa/ tidaknya diukur secara langsung
·            Variabel teramati (observed variable)
o                  Dapat langsung diamati/diukur. Contoh: umur, jenis kelamin, berat badan
·            Variabel Laten (Latent Variable)
o                  Tidak dapat langsung diamati/diukur
o                  Umumnya diukur dengan menggunakan indikator yang berupa variabel teramati, biasanya lebih dari dua variabel indikator.Contoh: kualitas pelayanan, kepuasan pelanggan, kesehatan (Tuckman, B. W. 1988)

Entri yang Diunggulkan

“Budaya Olahraga dan Nasionalisme”

Banyak hal yang dapat diupayakan dalam memupuk dan menumbuh kembangkan semangat nasionalisme bagi masyarakat Indonesia, salah satunya mel...