BAB 1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Perkembangan dunia olahraga dewasa ini semakin
berkembang dan maju. Indonesia merupakan Negara berkembang yang selalu
dipertimbangkan dalam percaturan dunia olahraga. Ada cabang-cabang olahraga
yang dapat mengharumkan nama bangsa ini, dalam upaya meningkatkan dan
mempertahankan prestasi olahraga tersebut di Negara ini, maka upaya tersebut
tidak terlepas dari sumber daya manusia yang menjadikan objek tersebut
berkembang. Objek yang dimaksud adalah atlet dan pelatih.
Pelatih merupakan ujung tombak dalam upaya menunjang
keberhasilan prestasi olahragawan. Agar atlet mencapai prestasi dengan baik,
maka pelatih harus menguasai teori dan metodologi latihan atau prinsip-prinsip
melatih, bekal dasar ilmu melatih tersebut merupakan landasan yang berpedoman
pada pembinaan dan peningkatan kondisi fisik, beban latihan, meningkatkan
keterampilan, teknik, taktik dan strategi.
Ledakan pengetahuan dalam ilmu Kepelatihan telah
mencapai yang mengagumkan. Di banyak Pendidikan dasar Universitas mendukung
penelitian yang ditujukan untuk meneliti gerakan manusia. Banyak majalah
penelitian baru yang diterbitkan untuk menampung jumlah penelitian yang makin
banyak yang dihasilkan oleh berbagai ilmu olahraga. Hal yang nampak di tahun
akhir-akhir ini, praktik para pelatih telah menampakkan keadaan pengetahuan
ilmu kepelatihan.
Pada waktu terdahulu untuk menjadi calon pelatih hanyalah hasrat untuk bekerja dengan olahragawan dan pengetahuan dasar olahraga tertentu. Sekarang pelatih yang berhasil harus memahami prinsip-prinsip ilmu yang bias menerapkan dan menunjukkan penampilan olahragawan. Pada tahun terakhir metode telah di tetapkan pada penelitian olahraga secara meyakinkan. Ribuan ilmuwan yang bekerja di bidang ini dan di Laboratorium di seluruh dunia telah mengadakan penelitian dengan maksud untuk memperjelas pengetahuan kita tentang olahragawan dan factor-faktor yang menentukan tingkat penampilan mereka.
Kebanyakan pelatih yang mapan berpendapat bahwa pelatih yang berhasil itu adalah sebagian seni dan sebagaian lainnya ilmu. Hal ini mengandung pengertian bahwa pelatihan menuntut kreativitas dan interpretasi mengenai cabang perorangan maupun situasinya.
Pada waktu terdahulu untuk menjadi calon pelatih hanyalah hasrat untuk bekerja dengan olahragawan dan pengetahuan dasar olahraga tertentu. Sekarang pelatih yang berhasil harus memahami prinsip-prinsip ilmu yang bias menerapkan dan menunjukkan penampilan olahragawan. Pada tahun terakhir metode telah di tetapkan pada penelitian olahraga secara meyakinkan. Ribuan ilmuwan yang bekerja di bidang ini dan di Laboratorium di seluruh dunia telah mengadakan penelitian dengan maksud untuk memperjelas pengetahuan kita tentang olahragawan dan factor-faktor yang menentukan tingkat penampilan mereka.
Kebanyakan pelatih yang mapan berpendapat bahwa pelatih yang berhasil itu adalah sebagian seni dan sebagaian lainnya ilmu. Hal ini mengandung pengertian bahwa pelatihan menuntut kreativitas dan interpretasi mengenai cabang perorangan maupun situasinya.
Kegiatan-kegiatan dalam dasar ilmu kepelatihan
merupakan suatu aspek kegiatan dasar manusia bergerak sebagai objek formalnya.
Oleh karena untuk mempelajarinya diperlukan ilmu-ilmu penunjang yang ada
hubungannya dengan kegiatan kepelatihan seperti : ilmu faal (fisiologi), ilmu
urai (anatomi), ilmu jiwa (psikologi), ilmu gizi, ilmu pendidikan, sejarah biomekanik,
ilmu social, statistic, cidera olahraga, tes dan pengukuran olahraga, belajar
motorik.
Dengan mempelajari ilmu-ilmu penunjang tersebut agar
lebih mudah bagi seorang pelatih membahas dan memecahkan permasalahan
menyangkut kepelatihan. Permasalahan yang timbul dalam dunia kepelatihan
kompleksitasnya sangat tinggi, sebagai contoh apabila sang atlet mempunyai
kondisi fisiknya lemah antisipasi seorang pelatih harus meningkatkan kondisi
fisik tersebut, dilain sisi akan tertundanya proses latihan teknik, mental dan
keterampilan, hal semacam ini dilakukan bersama-sama atau bagian demi bagian
dalam proses, disinilah bahwa pelatih juga dapat dikatakan sebagai seniman,
yaitu antara memadukan seni latihan fisik dan seni latihan keterampilan. Dan
pada akhir semua komponen latihan ini menjadi satu kesatuan pola cara melatih
keseluruhan dan menghasilkan prestasi yang optimal.
BAB II
2.1 Hakikat Dan Ruang Lingkup Pelatihan
1. Definisi Pelatihan
Training sebagai proses yang sistematis dari berlatih
atau bekerja, yang dilakukan secara berulang-ulang dengan kian hari kian
menambah jumlah beban latihan atau pekerjaannya (Harsono, 1988:101).
Rothig (1972) Pelatihan adalah semua upaya yang
mengakibatkan terjadinya peningkatan kemampuan dalam pertandingan olahraga.
Harre (ed., 1982) menjelaskan dalam pengertian luas,
pelatihan olahraga adalah keseluruhan proses persiapan yang sistematik bagi
atlet untuk mencapai prestasi tinggi.
Pelatihan adalah suatu proses berlatih yang berencana, menurut jadwal,
menurut pola dan sistem tertentu, metodis, dari mudah kesukar, teratur, dari
sederhana ke yang lebih komplek yang dilakukan secara berulang-ulang dan yang
kian hari jumlah beban latihannya kian bertambah.
2. Tujuan Dan Ruang Lingkup Pelatihan
• Tujuan utama latihan adalah untuk mengembangkan
keterampilan dan performa atlet.
• Tujuan latihan atau training adalah untuk membantu atlet meningkatkan
keterampilan dan prestasinya semaksimal mungkin. Untuk mencapai hal itu, ada
empat aspek latihan yang harus dilatih, yaitu (a) fisik, (b) teknik, (c)
taktik, dan (d) mental. (Harsono: 1988).
• Tujuan umum latihan disamping memperhatikan faktor
keselamatan dan kesehatan, mencakup pengembangan dan penyempurnaan:
1. fisik secara multilateral
2. fisik secara khusus sesuai dengan cabor
3. teknik cabornya
4. taktik/strategi yang dibutuhkan
5. kualitas kesiapan bertanding
6. persiapan optimal olahraga beregu
7. keadaan kesehatan atlet
8. pengetahuan atlet
3. Landasan Sistem Pembinaan Olahraga
1. Pendidikan Jasmani dan organisasi olahraga Nasional,
yang di dalamnya mencakup program pendidikan di sekolah, rekreasi dan klub-klub
olahraga, dan struktur organisasi dalam kepemerintahan.
2. Sistem latihan olahraga
3. Komponen-Komponen Sistem Latihan
· Komponen yang langsung mempengaruhi sistem latihan
diantaranya: pelaksanaan latihan; penilaian.
· Komponen tidak langsung atau pendukung diantaranya:
administrasi, kondisi ekonomi, dan profesionalisme, serta gaya hidup
masyarakat.
· Alokasi dan kombinasi cabang olahraga yang tepat
mengenai beban latihan. Mencakup kegiatan berlatih dan bertanding.
· Harus ada rasa saling percaya antara pelatih dan atlet
atau timnya.
· Pelatihan diarahkan sesuai dengan tuntutan spesifik
suatu cabang olahraga.
· Kemajuan prestasi berlangsung tidak dalam garis lurus
yang menanjak.
2.2 LATIHAN
1. Pengertian Latihan
Latihan adalah suatu proses berlatih yang berencana, menurut jadwal,
menurut pola dan sistem tertentu, metodis, dari mudah kesukar, teratur, dari
sederhana ke yang lebih komplek yang dilakukan secara berulang-ulang dan yang
kian hari jumlah beban latihannya kian bertambah.
2. Tujuan Latihan
· Olahraga Prestasi Tujuan latihannya adalah untuk meningkatkan prestasi semaksimal
mungkin.
· Olahraga Rekreasi Tujuan latihannya adalah pengisian waktu luang.
· Olahraga Kesehatan Tujuan latihannya adalah meningkatkan atau memelihara
derajat sehat statis atau pun sehat dinamis.
· Olahraga Pendidikan Tujuan latihannya adalah disesuaikan dengan tujuan
kurikulum.
3. Prinsip-Prinsip Latihan
a) Lama latihan
b) Volume latihan
c) Intensitas latihan
d) Kualitas Latihan
e) Beban Lebih (Overload)
f) Perkembangan Menyeluruh (Multilateral)
g) Spesialisasi
h) Individualisasi
a) Lama Latihan
Yang harus diperhatikan: “. . . as soo as bad features
creep into the performance, that particular practice must stop.” (Thomas:
1970).
b) Volume Latihan
Volume latihan adalah jumlah waktu yang dipakai aktif
selama latihan. Misalnya kita latihan dari jam 14.00 sampai jam 17.00, jumlah
istirahat selama latihan adalah satu jam.
c) Intensitas Latihan
Berat atau ringannya beban latihan yang diberiakan
oleh pelatih.
DNM = 220 – Umur (dalam tahun)
Takaran intensitas latihan untuk olahraga prestasi
adalah 80% - 95%
d) Kualitas Latihan
e) Beban Lebih (Overload)
Latihan yang diberikan haruslah lebih berat dari kemampuan
yang dimiliki oleh atlet tersebut.
f) Perkembangan Menyeluruh (Multilateral)
Meskipun seseorang pada akhirnya mempunyai satu
spesialisasi keterampilan, sebaiknya pada permulaan berlatih dia dilibatkan
dalam berbagai aspek kegiatan hal ini dilakukan agar kelak pada masa
spesialisasi mempunyai dasar-dasar yang kokoh.
The multilateral principle should be employed mostly
when training children and junior (Bompa, 1994).
g) Spesialisasi
Spesialisasi berarti mencurahkan segala kemampuan,
baik fisik maupun psikis pada satu cabang tertentu.
Ozolin dalam (Bompa,1988) mengungkapkan: “agar
aktivitas-aktivitas motorik yang khusus mempunyai pengaruh yang baik terhadap
latihan, maka latihan harus didasarkan kepada dua hal: a) melakukan
latihan-latihan yang khas bagi cabang olahraga spesialisasi tersebut; b)
melakukan latihan-latihan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan biomotorik
yang dibutuhkan oleh cabang olahraga tersebut.”
h) Individualisasi
Tidak ada dua orang yang rupanya persis sama, dan
tidak ada pula dua orang yang secara fisiologis dan psikologis persis sama.
Kemampuan usaha alet ditentukan oleh:
1. Usia biologis dan kronologis atlet
2. Pengalaman dalam melakukan olahraga
3. Kemampuan kerja dan prestasi individu
4. Status kesehatan
5. Kegiatan diluar latihan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Hakikat Dan Ruang Lingkup Pelatihan ,terdiri dari :
· Definisi Pelatihan
· Tujuan Dan Ruang Lingkup Pelatihan
· Landasan Sistem Pembinaan Olahraga
· Komponen-Komponen Sistem Latihan
2. Latihan ,Terdiri dari :
· Pengertian Latihan
· Tujuan Latihan
· Prinsip-Prinsip Latihan :
a) Lama Latihan
b) Volume Latihan
c) Intensitas Latihan
d) Kualitas Latihan
e) Beban Lebih (Overload)
f) Perkembangan Menyeluruh (Multilateral)
g) Spesialisasi
h) Individualisasi
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete